Shop

Arrow Right

Cognitive Dissonance, Fenomena Psikologis Saat Merasa Tidak Nyaman!

Apakah kamu sering merasa melakukan sesuatu yang tidak sesuai keinginan? Mari simak penjelasan tentang pengertian cognitive dissonance dan cara mengatasinya!

A journalism graduate now navigating the SEO landscape, I blend journalistic insight with a witty, engaging style, ensuring content is as captivating as it is search-optimized.

Posted: Wednesday, Mar 29, 2023

Ditinjau oleh Mentor MyEduSolve

Share:

Cognitive Dissonance, Fenomena Psikologis Saat Merasa Tidak Nyaman! cover

Apakah kamu pernah berada di kondisi tidak nyaman saat melakukan tindakan yang bertentangan dengan prinsip yang kamu pegang selama ini? Jika kamu sedang atau pernah mengalaminya, artinya kamu mengalami fase cognitive dissonance.

Apa yang dimaksud dengan cognitive dissonance dan apakah kondisi ini normal? Yuk, temukan jawabannya di artikel berikut.

Pengertian Cognitive Dissonance

Cognitive dissonance adalah suatu fenomena psikologis yang terjadi ketika seseorang memiliki sebuah pemikiran, keyakinan, atau prinsip tetapi berseberangan dengan perilakunya.

Konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang psikolog bernama Leon Festinger pada tahun 1957. Ia memperkenalkan konsep ini ke publik melalui buku yang diterbitkannya berjudul A Theory of Cognitive Dissonance.

Dalam bukunya tersebut, Leon Festinger berpendapat jika seseorang bisa saja memiliki suatu pemikiran yang saling mendukung secara logis (consonant) atau saling berseberangan (dissonant).

Umpamanya, seseorang meyakini ada kehidupan abadi setelah meninggal, maka ia berusaha bersikap baik dengan sesama, menjalankan ibadah dengan taat, dan mematuhi perintah-Nya. Maka, individu tersebut mengalami fenomena cognitive consonant.

Di sisi lain, terdapat seseorang yang meyakini adanya kehidupan setelah tiada. Namun, ia tidak rajin ibadah, berbuat seenaknya, dan melanggar perintah-Nya. Ini dapat disebut cognitive dissonance.

Jadi, seseorang akan mengalami cognitive dissonance sewaktu melakukan sebuah tindakan yang berkebalikan dengan prinsip yang dipercayainya.

Menurut Leon Festinger,cognitive dissonance dapat terjadi akibat mental discomfort, yaitu ketika seseorang selalu bertindak sesuai apa yang ia yakini namun sewaktu tidak menjalankannya akan muncul perasaan kurang nyaman. Perasaan kurang nyaman dapat berupa perasaan khawatir, malu, menyesal, sedih, hina, dan stres.

Di sisi lain, kondisi cognitive dissonance juga dapat mempengaruhi seseorang dalam menilai diri sendiri dan mereduksi penghargaan atas dirinya. Akibatnya, orang yang mengalaminya akan merasa rendah diri, minder, dan insecure.

Baca juga: Barnum Effect: Pengertian, Ciri-Ciri, dan Cara Mengatasinya

Tanda-Tanda Kamu Mengalami Cognitive Dissonance

Meskipun cognitive dissonance terjadi secara internal, tetapi fenomena ini dapat diobservasi karena umumnya menunjukkan tanda-tanda yang dapat dilihat secara kasat mata.

Orang yang mengalami cognitive dissonance secara umum akan menunjukkan tanda-tanda tertentu yang terbagi ke dalam tiga kategori yang meliputi:

  1. Avoiding (Menghindari)

Pada tahap pertama, seorang yang mengalami cognitive dissonance akan mengabaikan perasaan yang ia alami tahu menghindari situasi yang mengingatkannya dengan prinsip yang ia langgar.

Beberapa orang juga bisa mempengaruhi orang untuk berhenti membicarakannya atau mendistraksi diri mereka dengan kegiatan lain agar lupa dengan perasaan tidak nyaman yang dialami.

  1. Delegitimizing (Mendelegitimasi)

Tahap selanjutnya adalah delegitimizing atau ketika seseorang meremehkan bukti sedang mengalami cognitive dissonance dengan mendiskreditkan orang lain, kelompok, atau situasi yang berpotensi menimbulkan perasaan tidak nyaman. Umpamanya dengan mengatakan jika suatu keyakinan tidak bisa dipercaya atau bias.

  1. Limiting Impact (Membatasi Dampak)

Limiting impact maksudnya adalah momen ketika seseorang membatasi rasa tidak nyamannya dengan menganggap perasaan tersebut tidak penting. Biasanya seseorang berusaha meyakinkan diri sendiri jika tindakan tersebut benar dan mereka baik-baik saja dengan menyertakan argumen yang rasional.

Secara garis besar, tanda-tanda yang sering muncul pada orang dengan cognitive dissonance antara lain:

  • Merasa kurang nyaman sebelum melakukan sesuatu atau memutuskan suatu hal.

  • Mencoba menjustifikasi dengan alasan-alasan logis ketika memutuskan suatu tindakan untuk meyakinkan diri sendiri.

  • Merasa malu sehabis berbuat sesuatu dan mencoba menyembunyikan tindakan tersebut dari orang lain.

  • Merasa menyesal atau bersalah pada tindakan yang sudah pernah kamu lakukan di masa lalu.

  • Melakukan suatu tindakan berdasarkan tekanan sosial, FOMO (Fear of Missing Out), atau paksaan.

Baca juga: Ketahui DiSC Test, Psikotest yang Sering Ada Pada Seleksi Perusahaan

Penyebab Cognitive Dissonance

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya jika orang yang mengalami cognitive dissonance akibat dari rasa mental discomfort. Perasaan tersebut secara alami dapat muncul karena berbagai situasi sebagai bentuk pertahanan diri. Lantas, situasi apa saja yang dapat memicu perasaan mental discomfort sehingga seorang individu bisa mengalami cognitive dissonance?

  1. Kepatuhan yang Dipaksa

Mungkin kamu pernah berada di situasi yang memaksa kamu untuk melakukan tindakan yang bertentangan dengan keyakinan dan prinsipmu untuk memenuhi ekspektasi orang lain. 

Situasi ini dapat terjadi di mana saja, sekolah, lingkungan kerja, atau kehidupan bertetangga. Umumnya seseorang mengalami kondisi ini untuk menghindari kesalahan, perundungan, sanksi sosial, hingga pemecatan.

  1. Informasi Baru

Seseorang bisa mengalami cognitive dissonance setelah menerima informasi baru dan situasi ini terbilang cukup lumrah dialami banyak orang. Contohnya, mungkin kamu terbiasa melakukan suatu hal karena tindakan tersebut sudah turun-temurun di lingkungan tempat tinggalmu. Namun, setelah menyadari ternyata tradisi tersebut tidak sesuai norma, dapat menimbulkan perasaan tidak nyaman.

Kadang-kadang, untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman, orang-orang akan mengabaikan informasi yang mereka dapat atau mencari justifikasi untuk menormalisasi tindakannya.

  1. Keputusan

Dapat dipastikan semua orang membuat keputusan dalam kehidupan sehari-hari, entah keputusan besar maupun keputusan kecil. Sebelum membuat keputusan, seseorang kerap kali mengalami cognitive dissonance karena kedua pilihan tersebut cukup berat.

Akan tetapi, jika suatu keputusan telah diambil, biasanya orang-orang akan mencari cara untuk mengusir perasaan tidak nyaman itu dengan meyakinkan diri sendiri jika keputusan tersebut adalah opsi terbaik.

Baca juga: Terbiasa Pura-Pura Bahagia? Pahami Duck Syndrome dan Cara Mengatasinya

Cara Mengatasi Cognitive Dissonance

Fenomena cognitive dissonance memang lumrah dan dapat dialami siapa saja. Meski begitu, jika perasaan ini mulai menghantui dirimu, kamu sebaiknya segera mengatasinya demi menjaga stabilitas kesehatan mentalmu. Bagaimana caranya?

  1. Perkuat Keyakinan dan Prinsip

Cara pertama untuk mengatasi cognitive dissonance adalah memperkuat keyakinan dan prinsip yang kamu percayai agar kamu tidak goyah jika terpapar informasi baru yang berseberangan dengan keyakinanmu.

  1. Tidak Over Thinking

Salah satu cara ampuh untuk mengurangi perasaan tidak nyaman akibat cognitive dissonance adalah dengan tidak memikirkannya berlarut-larut untuk menjaga pikiran tetap sehat dan jernih. Atau jika memang sangat terganggu dan tidak bisa mengabaikannya begitu saja, cobalah untuk merasionalkan segala tindakanmu yang bertentangan dengan keyakinan atau prinsip kamu.

  1. Mengubah Prinsip

Cara paling akhir paling efektif sekaligus paling sulit untuk menghilangkan perasaan tidak nyaman karena cognitive dissonance adalah dengan mengubah prinsip sesuai dengan pemahaman baru yang kamu peroleh hingga berhasil membuatmu mempertanyakan keyakinanmu selama ini. Dengan begitu, kamu tidak perlu lagi mengalami pergulatan batin dan jadi merasa lebih lega.

Itu dia rangkuman  fakta tentang cognitive dissonance. Siapa saja bisa mengalaminya karena fenomena psikologis ini tergolong umum dirasakan banyak orang, terutama yang berkaitan dengan dogma agama, pandangan politik, dan adat yang sudah mengakar kuat di masyarakat. Perasaan tidak nyaman yang muncul sebaiknya segera diatasi dengan berkonsultasi pada profesional. Kamu bisa konsultasi gratis dengan profesional secara anonim dengan memanfaatkan fitur #TalkToDIAN dari MyEduSolve. Sudah coba belum?

Sumber:

Cognitive Dissonance https://www.psychologytoday.com/us/basics/cognitive-dissonance (Diakses Juli 2024)

What is cognitive dissonance? https://www.medicalnewstoday.com/articles/326738#signs (Diakses Juli 2024)

Cognitive Dissonance and the Discomfort of Holding Conflicting Beliefs https://www.verywellmind.com/what-is-cognitive-dissonance-2795012 (Diakses Juli 2024)


Tags terkait

Cognitive Dissonance

2,038

Rekomendasi Artikel

Suggest a Topic

What topics are you interested in learning more about? We want to hear from you! Share with us your feedback and article suggestions for our blog.