Artikel ini sangat penting agar kamu memahami apa yang dimaksud dengan sikap defensif dan cara mengatasinya!
Posted: Friday, Jan 13, 2023
Updated: Tuesday, Oct 03, 2023
Posted: Friday, Jan 13, 2023
Share:
Hanindito Buwono
Saat bekerja, pastinya kamu sering dihadapkan dengan kritik dan saran dari atasan atau kolega agar pekerjaan kamu bisa dikerjakan lebih baik.
Namun, kadang kala ada beberapa orang yang sulit untuk menerima kritik dan saran tersebut, yang mengakibatkan dirinya melakukan sikap defensif.
Sikap defensif tentunya dapat berimbas buruk kepada kamu jika dilakukan seperti berdampak kepada kehidupan personal dan kariermu nanti.
Bagaimana cara untuk menghadapinya? Kali ini, MyEduSolve akan menjelaskan kepadamu definisi, contoh, dan cara mengatasi sikap defensif.
Oleh karena itu, mari simak penjelasannya berikut ini!
Apa Itu Sikap Defensif
Menurut Verywell Mind, sikap defensif artinya adalah perasaan yang timbul karena seseorang yang terkena kritik merasa malu, sedih, dan marah yang akhirnya akan berbuat sikap seperti sarkastik, mendiamkan seseorang, atau bersikap kritis sebagai balasannya.
Sikap defensif digunakan oleh seseorang dengan tujuan agar mengalihkan perhatian pada kesalahan orang lain, sehingga orang yang defensif akan merasa lebih baik tentang dirinya pada saat itu.
Saat melakukan sikap defensif dalam jangka pendek, tentunya akan ada sensasi yang lebih baik dan lega.
Namun jika dilakukan secara terus menerus, akan ada rasa tidak enak hingga menjadi lingkaran setan yang tak kunjung habis.
Untuk mengetahui apa saja tanda-tandanya, kamu bisa melihat contoh sikap defensif sebagai berikut:
Berhenti mendengarkan pendapat orang yang mengkritik
Membuat alasan apapun dari bahan kritik
Menyalahkan orang lain
Menuding orang lain juga melakukan hal yang sama
Membenarkan apa yang dilakukan
Mengungkit kesalahan orang di masa lalu
Menghindari topik yang sedang dibicarakan saat itu juga
Baca juga: Deadliner: Dampak Buruk dan Cara Menghindarinya
Penyebab Sikap Defensif
SehatQ menjelaskan, saat seseorang melakukan sikap defensif, terdapat beberapa faktor pemicu yang akhirnya bisa melakukan sikap tersebut, yaitu:
Rasa takut
Rasa takut bisa jadi penyebab pertama karena mempunyai pengalaman trauma bullying di masa lalu.
Sehingga, saat sudah besar kemungkinan menjadi penindas akan bisa terjadi karena merasa dirinya lebih baik dengan bentuk ilusi rasa aman.
Kecemasan sosial
Kecemasan sosial juga bisa menjadi faktor penentu seseorang melakukan sikap defensif.
Mengapa demikian? Seseorang yang memiliki tingkat percaya diri yang rendah serta kecemasan sosial akan memiliki peluang dalam melakukan sikap defensif nantinya.
Malu atau merasa bersalah
Selain itu, malu atau merasa bersalah bisa jadi faktor pemicu untuk melakukan sikap defensif.
Ketika seseorang merasa bersalah dan orang lain membahas tentang hal itu, peluang untuk meresponnya dengan sikap defensif pun bisa terjadi.
Tidak jujur
Seseorang bisa bersikap defensif karena menyembunyikan informasi yang sebenarnya.
Hal ini bisa terjadi jika seseorang memang bohong atau tidak jujur atas apa yang dilakukannya.
Merasa diserang atas karakternya
Sikap defensif bisa terjadi jika seseorang merasa perilakunya atau karakternya diserang.
Maka dari itu, melakukan pembenaran atas tindakannya serta mencari celah untuk membelanya adalah caranya untuk bersikap defensif.
Hasil observasi dan dijadikan pembelajaran
Bersikap defensif bisa juga terjadi karena hasil observasi seseorang terhadap sekitarnya.
Sebagai contoh, mengobservasi perilaku orang tua, paman, saudara kandung, dan lainnya yang sering melakukan sikap defensif.
Maka dari itu, penyebab sikap defensif bisa karena psikososial yang kaitannya sangat erat dengan pengalaman hidup seseorang.
Baca juga: Impostor Syndrome: Apa Itu dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Cara Mengatasi Sikap Defensif
Kamu sudah mengetahui pengertian, contoh, serta penyebab bersikap defensif, sekarang mari ketahui bagaimana cara mengatasinya.
Hal pertama yang kamu bisa lakukan adalah menyadari jika kamu melakukan sikap tersebut dan tuliskan apa perasaan serta pemicunya di dalam jurnal.
Langkah berikutnya adalah validasi perasaan kamu saat dikritik oleh orang lain seperti rasa marah, sedih, hingga malu.
Merasakan hal tersebut adalah hal yang wajar dan tidak perlu merasa malu untuk mengakuinya, dengan demikian kamu akan merasa lebih jujur dan mengasah empati terhadap orang lain saat dikritik.
Demikian penjelasannya, MESFriend! Jika kamu punya pertanyaan seputar karier dan kesehatan mental namun bingung harus bertanya ke siapa, bisa kamu ceritakan secara anonim ke HR Profesional dan Psikolog MyEduSolve lewat #TalkToDIAN, ya!
Hanindito Buwono
Posted: Friday, Jan 13, 2023
Updated: Tuesday, Oct 03, 2023
Share:
6,686
No Available Bundling Promo
Pengembangan Diri
Apa Itu Offering Letter: Pengertian dan Cara Membalasnya!
Posted: a year ago
7 Min Read
Kenanga Admin
What topics are you interested in learning more about? We want to hear from you! Share with us your feedback and article suggestions for our blog.