Berawal sebagai mentee sehingga akhirnya menjadi Mentor, seperti apa kisah perjalanan Jale? Simak artikel berikut ini!
Posted: Monday, Jun 20, 2022
Share:
Berawal sebagai mentee dengan mengikuti pelatihan Adobe After Effect dan Adobe Premiere Pro pada akhir tahun lalu, Jale Sita atau kerap disapa Jale akhirnya ikut bergabung menjadi mentor di MyEduSolve sejak awal tahun 2022.
Memiliki background di bidang visual, menjadikan Jale sebagai salah satu mentor di program Digital Talent Study MyEduSolve x Kemenkominfo. Jale menganggap sebenarnya mentee yang mengikuti pelatihan seperti orang yang pandai menyetir, namun belum memiliki SIM atau lisensi. Menurut Jale MyEduSolve menjadi tempat yang tepat untuk mengambil kesempatan dengan mengasah skill yang mereka miliki.
Seperti apa perjalanan Jale, sehingga menjadi Career Mentor? Yuk simak cerita Jale berikut ini!
Awal mulanya, Jale menjadi salah satu mentee di pelatihan visual editor. Lalu Jale diminta untuk bergabung ke MyEduSolve sebagai salah satu mentor, tepatnya mentor Adobe After Effects.
Jale sendiri memiliki background visual event di panggung. Menurutnya, para mahasiswa atau fresh graduate berpikiran bahwa kerja itu semau kita, akan tetapi ternyata ada hal-hal yang harus diperhatikan, seperti rules dan lain-lain.
Pada saat pelatihan, Jale kembali merasakan dunia editing karena memang tidak sejalan dengan jurusannya saat kuliah yang berhubungan dengan marketing. Di situ lah Jale menyadari untuk memulai semua dari awal lagi.
“Ketika saya pelatihan sama Mas Adi baru ngerasain pegang editing lagi, dan perlu belajar lagi dari awal. Ini juga merupakan pengalaman pertama kali ngajar, dulu juga sempet jadi TA akhirnya dicoba.”
Memiliki sedikit keahlian sebagai asisten dosen di perkuliahan, menjadikan modal awal Jale ingin mencoba menjadi mentor. Pada program Digital Talent Scholarship MyEduSolve x Kemenkominfo, Jale mendapatkan kesempatan untuk menjadi mentor Adobe After Effects.
Jale menjelaskan bahwa ada perbedaan antara mengajar saat offline maupun online seperti sekarang ini. Ada perasaan takut apakah yang ia jelaskan benar atau salah, apakah para mentee-nya mengerti hal yang disampaikan.
Baca Juga: Cerita Perjalanan Sri Wulandari Sebagai Career Mentor
Perasaan takut menjadi hal yang sering dirasakan, tetapi apabila tidak dicoba akan menjadi suatu hal yang disayangkan karena ini adalah kesempatan emas untuk berbagi pengalaman kepada mereka yang mungkin tidak diajarkan di pendidikan formal.
“Ada rasa takut kalau salah ngajarin tapi kita harus coba. Tapi sayang juga kalau mereka nggak tau soal ini karena mereka belum tentu mempelajari ini di tempat lain. Kalau ada ruang untuk berbagi cerita, kenapa nggak?.”
Momen terbaik yang dirasakan adalah ketika Jale memberikan suatu teka teki atau problem, para mentee-nya bisa memberikan dan membantu memberi jawaban. Dengan memberikan sedikit celetukan pengingat para mentee-nya mampu memberikan jawaban, sehingga ia merasa mereka masih mengingat apa yang disampaikan.
Software masih menjadi hal yang cukup menantang bagi para mentee di kelasnya. Software yang berbayar dan keterbatasan untuk menggunakan software lain juga kendala yang memberatkan para peserta. Selain itu, device yang tidak memadai juga menjadi kesulitan yang sering dirasakan.
Namun sebagai mentor, Jale juga memberikan tips dan trik berdasarkan pengalaman yang pernah dirasakan. Setelah exam yang diberikan di akhir kelasnya, Jale juga sering mendapatkan feedback dari para pesertanya karena sesuai dengan apa yang dibahas di kelas.
“Ada beberapa soal yang termasuk sulit, saat aku menjadi partisipan juga merasakan hal yg sama. Jadi aku kasih tips pure dari pengalaman aku sendiri ya.”
Menurut Jale, mentor yang baik adalah mentor yang paham apa yang para mentee-nya rasakan. Memiliki cukup banyak mentee di kelas membuat Jale menemukan permasalahan yang beragam.
Baca Juga: Betah Jadi Career Mentor di Studi Independen MyEduSolve
Jale menerangkan, Mentor yang baik haruslah menenangkan mereka jika mengalami masalah, terutama yang berhubungan dengan software editing. Banyak juga mentee yang malu untuk membicarakan kesulitan yang dihadapi, sehingga Jale harus mengakomodasi satu persatu.
Dalam proses belajarnya, Jale banyak mengarahkan mentee-nya sehingga, mereka dapat menemukan pemecahan mereka sendiri daripada memberi tahu secara langsung.
“Nenangin dan kalau ada trouble kalau bisa dishare. Kelas aku itu ada 120 orang dan punya masalah masing-masing, ya itu harus di share satu persatu tapi mereka nggak berani share. Banyak yang malu juga, mau nggak mau perlu akomodasi satu persatu. diarahkan tapi jangan disuapin.”
Ketika ditanya mengenai hal yang membuat pekerjaan ini meaningful, Jale menyebutkan ketika ada teman-teman mentee yang meraih suatu pencapaian kecil, seperti lulus ujian. Bahkan apabila mereka bisa mendapatkan pekerjaan yang mereka inginkan.
Jale juga berkata seorang pemimpin yang baik adalah pemimpin yang menciptakan pemimpin-pemimpin lain. Sehingga apa yang mereka dapat dari kelasnya, juga bisa mereka share ke orang lain.
Posted: Monday, Jun 20, 2022
Updated: Thursday, Nov 21, 2024
4,304
Pengembangan Skill
Apa Itu Profesi App Developer dan Berapa Gajinya?
Posted: 6 months ago
15 Min Read
What topics are you interested in learning more about? We want to hear from you! Share with us your feedback and article suggestions for our blog.