Mari ketahui perbedaan hard selling dan soft selling yang bisa berguna untuk strategi penjualan bisnis kamu!
Posted: Thursday, Dec 22, 2022
Share:
Dalam strategi penjualan, pastinya kamu pernah mendengar konsep hard selling dan soft selling.
Keduanya bisa digunakan sebagai metode perusahaan agar produk atau jasanya bisa terjual sesuai target.
Namun, sebenarnya apakah kamu sudah tahu perbedaan dari hard selling dan soft selling?
Kali ini, MyEduSolve akan menjelaskannya kepada kamu tentang pengertian dan perbedaan mendasar dari hard selling dan soft selling.
Untuk itu, mari simak penjelasannya di bawah ini.
Apa Itu Hard Selling
Menurut Investopedia, hard selling adalah strategi penjualan yang mengedepankan bahasa secara gamblang dan langsung.
Strategi ini bertujuan untuk membuat konsumen merasa terdorong untuk melakukan transaksi kepada produk atau jasa yang dijual.
Untuk beberapa orang, menggunakan teknik hard selling dianggap terlalu agresif dan membuat konsumen jadi terburu-buru untuk membeli produk atau jasa.
Akan tetapi, untuk kasus tertentu menggunakan hard selling menjadi metode yang tepat saat menyusun strategi penjualan perusahaan.
Baca juga: Content Pillar: Definisi, Manfaat, dan Cara Membuatnya
Apa Itu Soft Selling
Jika kamu sudah mengetahui definisi dari hard selling, sekarang mari ketahui lawan katanya dari metode tersebut, soft selling.
Menurut Hubspot, soft selling adalah strategi penjualan yang memprioritaskan kualitas hubungan konsumen dibanding melakukan transaksi langsung.
Biasanya, saat memakai soft selling penggunaan bahasanya cenderung lebih halus dan membuat konsumen penasaran.
Hal tersebut membuat konsumen untuk tidak merasa terburu-buru untuk melakukan pembelian produk atau jasa.
Perbedaannya
Kamu sekarang sudah mengetahui pengertian dari hard selling dan soft selling, sekarang mari ketahui apa perbedaannya, yaitu:
Jangka waktu penjualan
Perbedaan yang mencolok dari hard selling dan soft selling adalah jangka waktu penjualannya.
Biasanya, hard selling ditargetkan untuk jangka pendek agar konsumen langsung melakukan transaksi untuk produk atau jasa yang dijual.
Sedangkan soft selling, biasanya ditargetkan untuk penjualan jangka panjang.
Jika ditanya mana yang paling efektif, B2C berkata bahwa konsumen lebih ingin membeli produk atau jasa dengan teknik soft selling daripada hard selling.
Minat konsumen
Perbedaan berikutnya adalah minat konsumen terhadap produk atau jasa yang dijual.
Soft selling biasanya digunakan oleh perusahaan untuk membangun citra yang baik di mata konsumen.
Semakin baik citra atau brand perusahaan, maka bisa dipastikan angka penjualan pun juga akan naik.
Alhasil, konsumen akan eksplor lebih dalam tentang produk atau jasa lainnya yang dijual oleh perusahaan.
Sedangkan hard selling, karena mempunyai target penjualan yang pendek, maka konsumen akan tertarik hanya membeli produk atau jasa yang di iklankan tanpa eksplor lebih lanjut tentang perusahaannya.
Baca juga: Brand Image: Pengertian, Indikator, dan Cara Membangunnya
Bidang industri yang memakainya
Perbedaan terakhir adalah dari bidang industri yang memakai strategi tersebut.
Biasanya, untuk hard selling biasa digunakan oleh bidang industri seperti telemarketing, asuransi, perbankan, dan lainnya
Sedangkan soft selling, biasa dilakukan oleh industri di bidang content marketing, konsultan, manufaktur, dan masih banyak lagi.
Demikian penjelasannya, MESFriend! Jika kamu punya pertanyaan seputar karier dan kesehatan mental namun bingung harus bertanya ke siapa, bisa kamu ceritakan ke HR Profesional dan Psikolog MyEduSolve lewat #TalkToDIAN, ya!
Posted: Thursday, Dec 22, 2022
Updated: Sunday, Dec 22, 2024
2,927
Pengembangan Skill
Anti Ribet! 2 Cara Mudah Membuat Tabel di Excel Bagi Pemula
Posted: 2 years ago
5 Min Read
What topics are you interested in learning more about? We want to hear from you! Share with us your feedback and article suggestions for our blog.