Affinity bias dalam proses rekrutmen dapat membatasi perusahaan mendapatkan kandidat unggul serta membuka peluang diskriminasi. Simak apa itu affinity bias melalui artikel ini!
Posted: Saturday, Mar 11, 2023
Share:
Sadar tidak? Dalam kehidupan sehari-hari, kita cenderung berkelompok dengan orang-orang yang menurut kita se-frekuensi alias nyambung sama kita.
Frekuensi yang sama ini umumnya dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kesamaan latar belakang pendidikan, usia, profesi, atau sosial budaya. Kecenderungan menyukai, memilih, atau memihak kepada orang yang memiliki kesamaan inilah yang disebut dengan affinity bias.
Affinity bias terjadi di alam bawah sadar manusia, muncul secara tidak sadar dan tidak disengaja. Meskipun begitu, fenomena ini dapat berdampak negatif dalam pekerjaan, khususnya pada konteks rekrutmen karyawan. Kok bisa?
Artikel ini akan membahasnya secara lebih komprehensif. Yuk, simak bersama apa yang dimaksud dengan affinity bias!
Baca juga: FOMO Adalah: Pengertian dan Cara Mengatasinya
Dilansir dari Applied, affinity bias dalam proses rekrutmen adalah suatu kondisi di mana rekruter membuat keputusan perekrutan berdasarkan faktor lain di luar keterampilan kandidat. Sebagai misal, mereka yang memiliki kesamaan latar belakang atau kepribadian.
Kandidat yang seperti inilah yang akan lebih diutamakan daripada kandidat yang memiliki kualifikasi yang sama atau bahkan lebih baik.
Dampaknya, perusahaan kehilangan kandidat terbaik dan paling berbakat. Selain itu, affinity bias artinya mengurangi peluang keragaman dalam lingkungan kerja. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memengaruhi kemampuan perusahaan untuk beradaptasi dengan perubahan dan inovasi.
Berikut beberapa contoh affinity bias yang terjadi saat proses rekrutmen:
Saat kandidat yang sudah menikah dan memilki anak, rekruter sering meragukan produktivitasnya dan menganggap bahwa kandidat akan disibukkan dengan kewajiban keluarga.
Kandidat dari universitas ternama cenderung dipuji dan dinilai menguasai berbagai hard skill dan soft skill dengan lihai.
Affinity bias dapat dipengaruhi oleh lingkungan tempat tinggal juga. Sebagai misal kandidat yang tinggal di lingkungan mewah akan dinilai sudah sukses dan memiliki berbagai sumber daya yang bermanfaat di posisi barunya.
Baca juga: Monday Blues Adalah: Pengertian, Penyebab, dan Cara Mengatasinya
Affinity bias dalam proses rekrutmen memang dapat membuka peluang diskriminasi dan dapat merugikan kandidat. Oleh karena itu, fenomena ini harus dihindari oleh para rekruter. Berikut beberapa tips jitu yang dapat diterapkan oleh perusahaan.
AI dapat digunakan untuk menyeleksi ratusan hingga ribuan lamaran yang masuk. Dengan AI, kegiatan mencocokkan profil kandidat dengan kebutuhan perusahaan menjadi lebih efisien. Sistem ini bisa meminimalisir penilaian subjektif dan affinity bias.
Blind hiring adalah teknik dalam proses rekrutmen yang dilakukan dengan menghilangkan informasi seperti nama, jenis kelamin, pendidikan, hingga pengalaman kandidat. Jadi, kandidat akan diuji dan dievaluasi benar-benar berdasarkan kemampuannya.
Menggali informasi kandidat dengan detail memang diperlukan. Biasanya rekruter melakukan wawancara secara santai agar proses komunikasi semakin mengalir dan mendapat informasi lengkap. Namun, wawancara seperti ini justru dapat mempersulit proses rekrutmen, lho. Hal ini karena pertanyaan dan jawabannya akan semakin melebar. Oleh karena itu, wawancara terstruktur perlu dilakukan. Rekruter dapat memberikan peluang yang sama kepada kandidat dengan memberikan pertanyaan yang sama.
Demikian penjelasannya, MESFriend! Jika kamu punya pertanyaan seputar tips karier dan kesehatan mental namun bingung harus bertanya ke siapa, kamu bisa bertanya ke HR Profesional dan Psikolog MyEduSolve hanya di #TalkToDIAN, ya!
Posted: Saturday, Mar 11, 2023
Updated: Saturday, Nov 16, 2024
1,861
What topics are you interested in learning more about? We want to hear from you! Share with us your feedback and article suggestions for our blog.