A 2-hour on-the-spot design challenge open to all participants aged 18 and above. Designers will respond to a surprise brief and must create their work using Adobe Creative Cloud tools. This session invites creatives to showcase their speed, originality, and problem-solving skills—live and under pressure. Winners will receive an official Adobe Certified Professional certification.

Dahulu, aku mengenal becak sebagai salah satu transportasi yang digunakan oleh orangtua untuk pergi ke pasar. Aku tumbuh sebagai Generasi Z yang lupa akan eksistensi becak sebagai transportasi tradisional. Becak, sebagai simbol perjuangan: peluh dari mengayuh; penopang roda kehidupan: kisah dari seorang anak tukang becak yang tumbuh hingga menjadi sarjana; atap pelindung: perlindungan ketika panas, ataupun hujan menghadang.

Becak — Penopang Kehidupan

&nbsp;Mangkuk Ayam, memang sudah tidak asing dengan keseharian di sekelilinginya. Dengan motif gambar ayam jago dan tanaman bunga, terutama dari lambang ayam yang diartikan sebagai kemakmuran dan pantang menyerah. Kisah ini menceritakan seekor ayam jago yang sudah berusaha keras menciptakan seni mangkuk selama berbulan-bulan, meskipun tidak selalu berhasil, pada akhirnya ia membuahkan hasil dengan karya yang sangat rapih.&nbsp;
Pesan dari ini cerita ini menyampaikan bahwa setiap usaha kita harus sabar dan menikmati pada tiap moment.&nbsp;&nbsp;&nbsp;

Sebuah Usaha Membuahkan Hasil dari Sekedar Mangkok

Setiap kali aku datang ke tempat makan ini, ingatanku selalu kembali pada masa sekolah. Dulu, dari SD sampai SMK, Ibu selalu membekaliku makanan setiap pagi. Tidak pernah sekalipun aku berangkat tanpa bekal dari tangannya. Rasanya hangat, sama seperti suasana tempat ini yang entah kenapa mengingatkanku pada masakan Ibu.&nbsp;

Kotak Makan Ibu

TV tabung, sebuah benda antik yang yang menjadi saksi bisu dari kemerdekaan, sebuah sarana informasi terpenting dimasa lalu, benda ini bahkan sering menemani canda dan tawa keluarga

TV tabung

Sendal Jepit – Jejak Seorang Santri
Bagi sebagian orang, sendal jepit mungkin hanya benda sederhana yang sering diremehkan. Murah, cepat rusak, bahkan sering hilang. Namun bagi seorang santri, sendal jepit adalah saksi bisu perjalanan hidup—sebuah kisah sederhana yang menyimpan begitu banyak makna.
Sejak pertama kali menjejakkan kaki di pondok, sendal jepit selalu menemaniku. Saat subuh tiba, ia menapaki jalanan dingin yang masih diselimuti kabut menuju masjid. Ketika matahari mulai terik, ia berlari tergesa membawaku ke ruang kelas agar tak terlambat. Malam hari, di kala semua orang sudah beristirahat, ia masih setia mengantarku pulang setelah kajian. Dalam setiap langkah kecilku, sendal jepit selalu hadir, menemani tanpa pernah mengeluh.
Namun, ada satu hal yang sering terjadi—sendal jepit jarang awet. Kadang talinya putus saat tergesa-gesa, kadang hilang di teras masjid, bahkan ada yang rusak karena digosob hingga tak berbentuk. Awalnya aku merasa kesal, tapi lama-kelamaan aku sadar: dari sendal jepit, aku belajar arti kehilangan. Bahwa sesuatu yang hilang sering kali akan digantikan dengan yang baru. Kehilangan bukanlah akhir, melainkan bagian dari perjalanan hidup yang harus diterima dengan sabar.
Di pondok, sendal jepit juga sering tertukar. Hari ini aku memakai sendal orang lain, besok mungkin orang lain memakai sendalku. Dari hal sederhana itu, aku belajar bahwa dunia ini sejatinya bukan milik kita sepenuhnya. Semua yang kita genggam hanyalah titipan, dan sewaktu-waktu bisa berpindah. Sendal jepit mengajarkanku untuk tidak terlalu terikat pada dunia, melainkan belajar ikhlas melepas dan menerima.
Kesederhanaan sendal jepit juga menjadi cermin kehidupan seorang santri. Ia tidak mewah, tidak gagah, bahkan sering dianggap sepele. Namun justru dari kesederhanaannya itu, aku belajar qana’ah—merasa cukup dengan apa yang ada, bersyukur atas yang sederhana, dan sabar dalam menjalani kekurangan. Sendal jepit mengingatkanku bahwa hidup bukan tentang kemewahan, melainkan tentang seberapa kuat kita melangkah dengan apa yang kita punya.
Dan di balik setiap langkah bersama sendal jepit, selalu ada doa yang terucap dalam hati. Doa saat berangkat ke masjid, doa ketika menuju kelas, doa ketika berjalan pulang kampung untuk menemui orang tua. Mungkin sendal jepit hanyalah benda murah, tapi ia menjadi saksi dari doa-doa yang diam-diam naik ke langit bersama setiap langkahku.
Kini, ketika aku menoleh ke belakang, aku tersenyum. Ternyata perjalanan panjangku di pondok tidak hanya penuh dengan kitab dan kajian, tetapi juga penuh dengan kisah bersama sendal jepit. Ia mungkin sederhana, tapi menyimpan kenangan yang tak tergantikan. Ia mungkin sering hilang, tapi selalu meninggalkan pelajaran.
Sendal jepit mengajarkanku arti perjuangan, kesabaran, dan keikhlasan. Bahwa yang sederhana sering kali lebih abadi di hati. Dan di setiap langkah yang kuambil, aku tahu—ada jejak sendal jepit yang akan selalu mengingatkanku pada perjalanan menjadi seorang santri.&nbsp;

Sendal Legend

gambar angkot yang mati karna tidak ada yang menaikinya di era jaman sekarang yang modern

angkot

Dimulai dari langkah kecil 
Perjalanan kita akan selalu dimulai dari langkah pertama bukan? Mengawalinya dengan banyak keraguan sekaligus jejak yang sering kali punya banyak cerita haru sampai membentuk pengalaman baru yang penuh suka cita. cita yang justru dimulai saat perjalananku menggunakan sandal jepit waktu itu. Alas kaki yang nyaman tapi juga berhasil membangun ambisi untuk bisa menggunakan alas kaki yang lebih baik dimasa depan. Dari sandal jepit itu justru membawaku berhasil membuka banyak cakrawala, lewat perjalanan berharga menyusuri banyak pulau di indonesia, dari jawa, bali hingga nusa tenggara yang indah dengan alam dan suguhan budayanya. Jika sandal ini bisa berbicara apakah mungkin ia akan bersorak bangga? Karna keberanian ku untuk memulai waktu itu dan akhirnya aku berhasil terbang dengan banyak cerita yang membentuk diriku hari ini. Setiap aku bisa kembali menggunakan sandal jepit pasti akan menjadi momen berharga yang akan membuatku banyak berterima kasih karena sudah membawaku ke banyak tempat di indonesia yang selalu penuh dengan kejutannya 
Dari langkah kecil dengan sandal, menuju asa dengan sejuta cerita.

Dimulai dari Langkah Kecil

&nbsp;Kegiatan Minggu pagi ketika aku masih kecil adalah bersih-bersih rumah sambil menonton TV yang merupakan gerbang imajinasi ke dunia luar. Kegiatan menyapu ini aku lakukan sambil menonton.&nbsp;
Dengan media sapu ini aku bisa menari, bisa berlaga seolah Power Ranger dengan tongkat saktinya, dan meneruskan kembali menyapu sambil menonton. Diselingi sarapan, dan makan snack, serta jajanan jadul. Ketika snack terjatuh karena terlalu asyik menonton TV, kembali lagi disapu.&nbsp;&nbsp;
Jadi dengan menyapu di Minggu pagi hingga di masa dewasa ini akan selalu mengingatkanku akan kenangan tayangan menarik setiap menyapu. Tayangan menarik di tahun 2000-an, jajanan jadul, tayangan super hero dan kartun lawas, serta menyapu dengan imajinasi.&nbsp;&nbsp;

Menyapu di Minggu Pagi dengan Imajinasi

pernah gk waktu kecil naik angkot di ajak kebut kebutan sama abangnya, udah kayak di supirin han lue

NEED FOR SETORAN

Poster ini menggambarkan perjalanan panjang dunia teknologi, dari masa ketika komputer besar dan berat menjadi jendela menuju kreativitas modern. Komputer lama yang menjadi objek utama melambangkan fondasi awal perkembangan teknologi saat segala sesuatu dimulai dari keterbatasan, namun penuh semangat inovasi.

Saya teringat dulu di masa teman teman yang sudah sedikit lebih maju dalam belajar menggunakan device terbaru namun disana saya masih menggunakan device laptop lama yang jadul atau bahkan ngelag. namun itu tidak menghambat saya dalam berproses untuk belajar dunia teknologi yang mana saya memanfaatkan omputer saya dengan baik sehingga bisa menghasilkan sebuah income yang mana saya dapat menabung hingga mengganti device yang sesuai dengan yang saya inginkan atau bisa di sebut dengan self reward dari usaha saya.

Selain itu poster yang saya buat berfilosofikan sosok seseorang yang duduk di atas monitor klasik dengan laptop modern menunjukkan bahwa kemajuan hari ini tidak lepas dari sejarah kemarin. Tangga kecil yang bersandar pada CPU menggambarkan proses belajar dan pendakian pengetahuan—bahwa setiap inovasi butuh langkah demi langkah perjuangan.

Di sekelilingnya, piala, buku catatan, dan alat gambar menjadi simbol kemenangan, pembelajaran, dan kreativitas yang terus berkembang. Sementara lukisan di dinding yang menampilkan momen wisuda mencerminkan hasil akhir dari kerja keras yang saya capai: keberhasilan dan pencapaian.
Melalui poster ini, pesan yang ingin saya sampaikan adalah “Teknologi mungkin berubah, tapi semangat belajar dan berkreasi akan selalu abadi.”

Dari Komputer Tua Menuju Masa Depan Kreatif

Have you ever imagine your eating routine almost similar to an owl? Introducing B(OWL) an owl-inspired bowl where the midnight we eat and in the morning we rest all day O.O whoo-hooo!

B(OWL)

Poster ini menceritakan seorang warga yang sedang menikmati makan di warung kpoi tradisional, dengan menonton tayangan jadul di televisi yang masih berbentuk tabung. Di sudut warung kopi tradisional ini, sebuah TV tabung tua pernah jadi pusat dunia. Siaran bola membuat semua mata terpaku, suara dangdut memecah keheningan malam, dan berita nasional mengikat rasa ingin tahu. Pada saat itu, mereka tidak peduli kalau gambarnya buram atau warnanya pudar, namun yang penting kita bersama, duduk rapat di bangku kayu, berbagi tawa dan komentar. TV tabung yang sederhana ini bukan sekadar benda, tapi saksi bahwa kebahagiaan dulu itu sangat sederhana: cukup layar kecil dan kebersamaan tanpa distraksi. TV ini bukan sekadar elektronik; ia adalah jembatan kebersamaan. Di setiap pixel buramnya tersimpan cerita - tentang kesederhanaan yang membahagiakan, tentang canda tanpa filter, tentang kedekatan yang kini terasa mahal. Dunia sekarang berubah, semua ada di genggaman, semua bisa dinikmati sendiri. Tapi adakah rasa hangat yang sama? Saat kita menatap layar masing-masing, kita kehilangan tatapan mata yang dulu jadi bagian dari setiap tontonan. TV jadul ini mengingatkan kita: dulu, kebahagiaan tidak datang dari kejernihan gambar, tapi dari kejernihan hati yang duduk berdekatan. Dari layar kecil inilah, kita belajar bahwa teknologi hanyalah alat, tapi kebersamaan adalah inti. Mari kita ingat kembali, bahwa tawa bersama jauh lebih berharga daripada sekadar tayangan terbaru.

TV Tabung di Warung Kopi Tradisional

Poster ini menampilkan becak sebagai salah satu transportasi tradisional khas Indonesia. Visual utama memperlihatkan seorang pengemudi becak yang sedang mengayuh di depan bangunan tua bergaya kolonial, mencerminkan suasana kota lama di Indonesia.
becak mulai populer di indonesia pada 1950–1970 di kota-kota seperti Yogyakarta, Surabaya, dan Semarang.

Becak tradisional transportasion

Aku sering tertawa sendiri, betapa rice cooker ini sudah seperti sahabatku di perantauan. Saat lapar tengah malam, dia yang kupanggil. Saat akhir bulan, dia yang menyelamatkan. Tapi lebih dari itu, rice cooker ini mengingatkanku pada ibu. Dulu, setiap kali aku pulang sekolah, nasi sudah hangat tersaji. Sekarang aku tahu, betapa berharganya perhatian kecil itu. Setiap kali makan, aku seperti sedang menyantap doa-doa ibu yang terkirim dari jauh.

Rice Coocker Bagiku Juga Ibu

Agoessan treats himself as a "Graphic Designer" that is hands-on directly with the illustration, vector, photography.

Graphic designer

🥄 Tupperware Mamak
---------------------
Di antara tumpukan buku dan suara bel sekolah, ada satu benda yang selalu menemani hari-hariku: Tupperware milik mamak. Kotak makan berwarna cerah itu bukan sekadar wadah, tapi simbol cinta yang dibungkus rapi setiap pagi.
Setiap hari sebelum berangkat sekolah, mamak bangun lebih awal. Ia menyiapkan nasi goreng kesukaanku, atau kadang roti isi telur yang masih hangat. Semua itu dimasukkan ke dalam Tupperware yang sudah dipakai bertahun-tahun, tapi tetap awet seperti kasih sayangnya.
Di jam istirahat, saat teman-temanku membeli jajanan di kantin, aku membuka bekal dari mamak. Aroma masakannya membuatku merasa seperti di rumah. Kadang aku malu saat teman-teman bertanya, “Masih dibawain bekal, ya?” Tapi jauh di dalam hati, aku tahu: itu adalah bentuk cinta yang tak bisa dibeli.
Namun, aku juga sering ceroboh. Tupperware mamak sering hilang—tertinggal di kelas, dipinjam teman, atau entah ke mana. Mamak tak pernah marah, hanya berkata pelan, “Lain kali jangan lupa bawa pulang, ya.”
Kini, setiap kali melihat Tupperware di toko, aku teringat mamak. Terima kasih, mak, sudah membawakan bekal penuh cinta. Maafkan aku yang sering lupa menjaga benda kecil yang menyimpan begitu banyak kenangan.
----------------
26 Agustus 2026

TupperWare_Mamak

Gambar ini vibes-nya bener-bener relatable banget buat anak Indo, khususnya yang udah lama hidup bareng rice cooker 😅. Di sini keliatan jelas si rice cooker kayak senyum tipis, seakan bilang: “Santai bro, nasi selalu ready kapan aja lo laper.” 🍚✨
Nah, yang bikin makin relate adalah keberadaan sambel merah pedes di sampingnya. Ini bukan sekadar sambel biasa, tapi simbol kebahagiaan sederhana orang Indo. Karena jujur aja, makan apa pun kalau nggak ada sambel tuh kayak ada yang kosong. Lo bilang lo suka banget sambel, dan itu pas banget sama gambar ini — sambel kayak sahabat setia di setiap piring makan 🌶️🔥.
Terus ada gorengan di wajan, masih panas-panas. Ini langsung ke-trigger sama vibes masakan rumah, apalagi kalau inget tangan ortu yang masak. Masakan ortu tuh punya aura beda, nggak cuma soal rasa, tapi juga soal rindu, sayang, dan kehangatan keluarga. Makanya gambar ini seolah nunjukkin alasan kenapa modelnya kayak gini: biar nyeritain hubungan sederhana antara nasi anget, sambel pedes, gorengan, dan cinta orang tua di balik masakan. ❤️
Jadi, bukan sekadar gambar dapur biasa, tapi kayak potret kecil dari cerita hidup kita: makan enak, sambel wajib, dan rasa kangen sama masakan ortu yang selalu jadi alasan buat pulang. 🌍🏡&nbsp;

rice cooker

'Download, Consume, Upload' Our generation grew up online. Downloading music and media off pirate trackers and LimeWire. Connecting to others on chat rooms and social media. Exploring and creating worlds on MMORPGs. Our experiences - and our choice to consume - define the things that interest us and the things that we ultimately create. What we voraciously crave and devour is what we eventually give back to the world. The computer was, and is, and will be, our portal into the buffet of experiences that we consume. With it we consume, with it we draw, with it we build. What we eat, is what we create.

Download, Consume, Upload

Lahir di masa kekacauan, dari budaya yang mengakar. Rice cooker tercipta dari harapan akan kemudahan. 
Budaya yang mengakar ini menanak inovasi, memantik sebuah keterbaruan. Inovasi yang lahir dari hati akan sampai ke lain hati. Yang pada akhirnya menciptakan Revolusi. Ini adalah Wujud Revolusi.&nbsp;

Wujud Revolusi

Sapu di Indonesia adalah salah satu barang yang lumrah ditemu di pojok rumah di Indonesia. Sebagai essential items, saya menjelaskan beragam manfaat sapu selain untuk menyapu

Nomination gallery

KANVAS Design Challenge

All Submissions